Chi-Square disebut juga dengan Kai Kuadrat.
Chi Square adalah salah satu jenis uji komparatif non parametris yang dilakukan
pada dua variabel, di mana skala data kedua variabel adalah nominal. (Apabila
dari 2 variabel, ada 1 variabel dengan skala nominal maka dilakukan uji chi
square dengan merujuk bahwa harus digunakan uji pada derajat yang terendah).
Uji chi-square merupakan uji non parametris
yang paling banyak digunakan. Namun perlu diketahui syarat-syarat uji ini
adalah: frekuensi responden atau sampel yang digunakan besar, sebab ada
beberapa syarat di mana chi square dapat digunakan yaitu:
- Tidak ada cell dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut juga Actual Count (F0) sebesar 0 (Nol).
- Apabila bentuk tabel kontingensi 2 X 2, maka tidak boleh ada 1 cell saja yang memiliki frekuensi harapan atau disebut juga expected count ("Fh") kurang dari 5.
- Apabila bentuk tabel lebih dari 2 x 2, misak 2 x 3, maka jumlah cell dengan frekuensi harapan yang kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20%.
Rumus chi-square sebenarnya tidak hanya ada
satu. Apabila tabel kontingensi bentuk 2 x 2, maka rumus yang digunakan adalah
"koreksi yates".
Apabila tabel kontingensi 2 x 2 seperti di
atas, tetapi tidak memenuhi syarat seperti di atas, yaitu ada cell dengan
frekuensi harapan kurang dari 5, maka rumus harus diganti dengan rumus
"Fisher Exact Test".
Pada artikel ini, akan fokus pada rumus untuk
tabel kontingensi lebih dari 2 x 2, yaitu rumus yang digunakan adalah
"Pearson Chi-Square".
Uji kai kuadrat (dilambangkan dengan "χ2"
dari huruf Yunani "Chi" dilafalkan "Kai") digunakan
untuk menguji dua kelompok data baik variabel independen maupun dependennya berbentuk
kategorik atau dapat juga dikatakan sebagai uji proporsi untuk dua peristiwa
atau lebih, sehingga datanya bersifat diskrit. Misalnya ingin mengetahui
hubungan antara status gizi ibu (baik atau kurang) dengan kejadian BBLR (ya
atau tidak).
Dasar uji kai kuadrat itu sendiri adalah membandingkan perbedaan frekuensi
hasil observasi (O) dengan frekuensi yang diharapkan (E). Perbedaan tersebut
meyakinkan jika harga dari Kai Kuadrat sama atau lebih besar dari suatu harga
yang ditetapkan pada taraf signifikan tertentu (dari tabel χ2).
Uji Kai Kuadrat dapat digunakan untuk menguji :
1. Uji χ2 untuk ada tidaknya hubungan antara dua variabel (Independency
test).
2. Uji χ2 untuk homogenitas antar- sub kelompok (Homogenity test).
3. Uji χ2 untuk Bentuk Distribusi (Goodness of Fit)
Sebagai rumus dasar dari uji Kai Kuadrat adalah :
Keterangan :
O = frekuensi hasil observasi
E = frekuensi yang diharapkan.
Nilai E = (Jumlah sebaris x Jumlah Sekolom) / Jumlah data
df
= (b-1) (k-1)
Dalam melakukan uji kai kuadrat, harus memenuhi syarat:
Dalam melakukan uji kai kuadrat, harus memenuhi syarat:
- Sampel dipilih secara acak
- Semua pengamatan dilakukan dengan independen
- Setiap sel paling sedikit berisi frekuensi harapan sebesar 1 (satu). Sel-sel dengdan frekuensi harapan kurang dari 5 tidak melebihi 20% dari total sel
- Besar sampel sebaiknya > 40 (Cochran, 1954)
Keterbatasan
penggunaan uji Kai Kuadrat adalah tehnik uji kai kuadarat memakai data yang
diskrit dengan pendekatan distribusi kontinu. Dekatnya pendekatan yang
dihasilkan tergantung pada ukuran pada berbagai sel dari tabel kontingensi.
Untuk menjamin pendekatan yang memadai digunakan aturan dasar “frekuensi
harapan tidak boleh terlalu kecil” secara umum dengan ketentuan:
- Tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan lebih kecil dari 1 (satu)
- Tidak lebih dari 20% sel mempunyai nilai harapan lebih kecil dari 5 (lima)
Bila
hal ini ditemukan dalam suatu tabel kontingensi, cara untuk menanggulanginyanya
adalah dengan menggabungkan nilai dari sel yang kecil ke se lainnya
(mengcollaps), artinya kategori dari variabel dikurangi sehingga kategori yang
nilai harapannya kecil dapat digabung ke kategori lain. Khusus untuk tabel 2x2
hal ini tidak dapat dilakukan, maka solusinya adalah melakukan uji “Fisher Exact atau Koreksi Yates”
Analisis Chi Square
Contoh kasus
Perusahaan penyalur alat elektronik AC
ingin mengetahui apakah ada hubungan antara gender dengan sikap mereka terhadap
kualitas produk AC. Untuk itu mereka meminta 25 responden mengisi identitas
mereka dan sikap atau persepsi mereka terhadap produknya.
Permasalahan : Apakah ada hubungan
antara gender dengan sikap terhadap kualitas AC?
Hipotesis :
- H0 = Tidak ada hubungan antara gender dengan sikap terhadap kualitas AC
- H1 = Ada hubungan antara gender dengan sikap terhadap kualitas AC
Tolak
hipotesis nol (H0) apabila nilai signifikansi chi-square < 0.05 atau nilai
chi-square hitung lebih besar (>) dari nilai chi-square tabel.
1. Menguji Independensi antara 2 faktor (independensi)
Independensi (keterkaitan) antara 2 faktor dapat diuji dengan uji chi square. Masalah independensi ini banyak mendapat perhatian hampir di semua bidang, baik eksakta maupun sosial ekonomi. Kita ambil contoh di bidang ekonomi dan pendidikan. Kita bisa menduga bahwa keadaan ekonomi seseorang tidak ada kaitannya dengan tingkat pendidikannya, atau justru sebaliknya bahwa keadaan ekonomi seseorang terkait erat dengan tingkat pendidikannya. Untuk menjawab dugaan-dugaan ini, kita bisa menggunakan uji chi square.Langkah-langkahnya sebagai berikut.
1. Buatlah hipotesis
H0: tidak ada kaitan antara keadaan ekonomi seseorang dengan pendidikannya
HA: ada kaitan antara keadaan ekonomi seseorang dengan pendidikannya
2. Lakukan penelitian dan kumpulkan data
Hasil penelitian adalah sebagai
berikut (tentatif).
Kategori
|
Di bawah garis
kemiskinan |
Di atas garis kemiskinan |
Total
|
Tidak
tamat SD
|
8
|
4
|
12
|
SD
|
20
|
17
|
37
|
SMP
|
15
|
16
|
31
|
SMA
|
3
|
23
|
26
|
Perguruan
Tinggi
|
2
|
22
|
24
|
Total
|
48
|
82
|
130
|
3. Lakukan analisis
Kategori
|
Di bawah
garis kemiskinan
|
Di atas
garis kemiskinan
|
Total
|
Tidak tamat SD
O
E
|
8
4,43
|
4
7,57
|
12
|
SD
O
E
|
20
13,66
|
17
23,34
|
37
|
SMP
O
E
|
15
11,45
|
16
19,55
|
31
|
SMA
O
E
|
3
9,60
|
23
16,40
|
26
|
Perguruan Tinggi
O
E
|
2
8,86
|
22
15,14
|
24
|
Total
|
48
|
82
|
130
|
Nilai E (expected) adalah nilai yang diharapkan, dihitung sbb:
1. Nilai E untuk kategori tidak tamat SD di bawah garis kemiskinan = (12 x 48)/130 = 4,43
2. Nilai E untuk kategori tidak tamat SD di atas garis kemiskinan = (12 x 82)/130 = 7,57
3. Nilai E untuk kategori SD di bawah garis kemiskinan = (37 x 48)/130 = 13,66
4. Nilai E untuk kategori SD di atas garis kemiskinan = (37 x 82)/130 = 23,34
5. Nilai E untuk kategori SMP di bawah garis kemiskinan = (31 x 48)/130 = 11,45
6. Nilai E untuk kategori SMP di atas garis kemiskinan = (31 x 82)/130 = 19,55
7. Nilai E untuk kategori SMA di bawah garis kemiskinan = (26 x 48)/130 = 9,60
8. Nilai E untuk kategori SMA di atas garis kemiskinan = (26 x 82)/130 = 16,40
9. Nilai E untuk kategori Perguruan Tinggi di bawah garis kemiskinan = (24 x 48)/130 = 8,86
10. Nilai E untuk kategori Perguruan Tinggi di atas garis kemiskinan = (24 x 82)/130 = 15,14
Hitung nilai Chi square (x^2)
4. Kriteria Pengambilan Kesimpulan
5. Kesimpulan
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai x^2 hitung = 26,586, yaitu lebih besar dari nilai x^2 tabel yaitu 9,488, sehingga kita harus menerima HA. Dengan demikian, kita simpulkan bahwa ada kaitan yang signifikan antara keadaan ekonomi seseorang dengan tingkat pendidikannya (lihat lagi hipotesis di atas, khususnya bunyi hipotesis HA).
Catatan: kata signifikan berasal dari α = 0,05.
2. Menguji proporsi
Contoh kasus (1):
Menurut teori genetika (Hukum Mendel I) persilangan antara kacang
kapri berbunga merah dengan yang berbunga putih akan menghasilkan tanaman
dengan proporsi sebagai berikut: 25% berbunga merah, 50% berbunga merah jambu,
dan 25% berbunga putih. Kemudian, dari suatu penelitian dengan kondisi
yang sama, seorang peneliti memperoleh hasil sebagai berikut, 30 batang
berbunga merah, 78 batang berbunga merah jambu, dan 40 batang berbunga
putih. Pertanyaannya adalah apakah hasil penelitian si peneliti tersebut
sesuai dengan Hukum Mendel atau tidak?
Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, kita bisa menggunakan uji chi-square, sebagai berikut:1. Buatlah hipotesis
H0: rasio penelitian adalah 1:2:1 atau 25%:50%:25%
HA: rasio penelitian adalah rasio lainnya
2. Lakukan analisis
Kategori |
Merah
|
Merah Jambu
|
Putih
|
Jumlah
|
Pengamatan (O) |
30
|
78
|
40
|
148
|
Diharapkan (E) |
37
|
74
|
37
|
148
|
Merah = 1/4 x 148 = 37
Merah Jambu = 2/4 x 148 = 74
Putih = 1/4 x 148 = 37
2. Menguji proporsi
Contoh kasus (1):
Menurut teori genetika (Hukum Mendel I) persilangan antara kacang
kapri berbunga merah dengan yang berbunga putih akan menghasilkan tanaman
dengan proporsi sebagai berikut: 25% berbunga merah, 50% berbunga merah jambu,
dan 25% berbunga putih. Kemudian, dari suatu penelitian dengan kondisi
yang sama, seorang peneliti memperoleh hasil sebagai berikut, 30 batang
berbunga merah, 78 batang berbunga merah jambu, dan 40 batang berbunga
putih. Pertanyaannya adalah apakah hasil penelitian si peneliti tersebut
sesuai dengan Hukum Mendel atau tidak?
Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, kita bisa menggunakan uji chi-square, sebagai berikut:1. Buatlah hipotesis
H0: rasio penelitian adalah 1:2:1 atau 25%:50%:25%
HA: rasio penelitian adalah rasio lainnya
2. Lakukan analisis
Kategori |
Merah
|
Merah Jambu
|
Putih
|
Jumlah
|
Pengamatan (O) |
30
|
78
|
40
|
148
|
Diharapkan (E) |
37
|
74
|
37
|
148
|
Merah = 1/4 x 148 = 37
Merah Jambu = 2/4 x 148 = 74
Putih = 1/4 x 148 = 37
Df = (kolom -1)(baris -1) = (3-1)(2-1) = 2
Kriteria Pengambilan Kesimpulan
Terima H0 jika x^2 hitung< x^2 tabel
Tolak H0 jik x^2 hitung≥ x^2 tabel
Kesimpulan
Dari hasil analisis data, diperoleh x^2 hitung< x^2 tabel, maka H0 diterima.
Artinya, rasio hasil penelitian si peneliti tersebut sesuai dengan rasio menurut Hukum Mendel (lihat bunyi hipotesis pada H0).
Contoh
Kasus (2):
Suatu survey ingin mengetahui apakah ada hubungan Asupan Lauk dengan kejadian Anemia pada penduduk desa X. Kemudian diambil sampel sebanyak 120 orang yang terdiri dari 50 orang asupan lauknya baik dan 70 orang asupan lauknya kurang. Setelah dilakukan pengukuran kadar Hb ternyata dari 50 orang yang asupan lauknya baik, ada 10 orang yang dinyatakan anemia. Sedangkan dari 70 orang yang asupan lauknya kurang ada 20 orang yang anemia. Ujilah apakah ada perbedaan proporsi anemia pada kedua kelompok tersebut.
Suatu survey ingin mengetahui apakah ada hubungan Asupan Lauk dengan kejadian Anemia pada penduduk desa X. Kemudian diambil sampel sebanyak 120 orang yang terdiri dari 50 orang asupan lauknya baik dan 70 orang asupan lauknya kurang. Setelah dilakukan pengukuran kadar Hb ternyata dari 50 orang yang asupan lauknya baik, ada 10 orang yang dinyatakan anemia. Sedangkan dari 70 orang yang asupan lauknya kurang ada 20 orang yang anemia. Ujilah apakah ada perbedaan proporsi anemia pada kedua kelompok tersebut.
Jawab :
HIPOTESIS :
Ho : P1 = P2 (Tidak ada perbedaan proporsi anemia pada kedua kelompok tersebut)
Ho : P1 ≠ P2 (Ada perbedaan proporsi anemia pada kedua kelompok tersebut)
PERHITUNGAN :
Kemudian
tentukan nilai observasi (O) dan nilai ekspektasi (E) :
sekarang
kita menentukan nilai tabel pada taraf nyata/alfa = 0.05. Sebelumnya kita harus
menentukan nilai df-nya. Karena tabel kita 2x2, maka nilai df = (2-1)*(2-1)=1.
nice articel
ReplyDeleteKalau dari perhitungan chi square dapet df nya 0, bagaimana mas?
ReplyDelete